Thursday 31 January 2013

DAFTAR NILAI PESERTA
UJIAN TENGAH SEMESTER 
(UTS) GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/2013









Mata Pelajaran          : Ke-Aswajaan

Mata Pelajaran          : Seni Budaya 1
Hari/Tanggal               : Senin, 15 Oktober 2012
Hari/Tanggal               : Rabu, 17 Oktober 2012
Semester/Kelas        : 1/X

Semester/Kelas        : 1/X









NO NIS NAMA NILAI
NO NIS NAMA NILAI
1 01207001 Anita 8
1 01207001 Anita 7
2 01207002 Andrian Mulyana 7
2 01207002 Andrian Mulyana 6
3 01207003 Candra Hermawan 7
3 01207003 Candra Hermawan 6
4 01207004 Dera Arienta 8
4 01207004 Dera Arienta 7
5 01207005 Diki Murdiana  
5 01207005 Diki Murdiana  
6 01207006 Egi Sutrisna 7
6 01207006 Egi Sutrisna 7
7 01207007 Elis 7
7 01207007 Elis 6
8 01207008 Fitriani R 7
8 01207008 Fitriani R 7
9 01207009 Hendri 6
9 01207009 Hendri 6
10 012007010 Lisda 7
10 012007010 Lisda 7
11 01207011 Mahdi 8
11 01207011 Mahdi 8
12 01207012 Muhamad Iqbal 7
12 01207012 Muhamad Iqbal 6
13 01207013 Nani Yulianah 7
13 01207013 Nani Yulianah 7
14 012007014 M. Nurhusaeni 8
14 012007014 M. Nurhusaeni 7
15 0107015 M. Soleh Iskandar 7
15 0107015 M. Soleh Iskandar 7
16 01207016 Rokhman 7
16 01207016 Rokhman 7
17 01207017 Rosdiana 7
17 01207017 Rosdiana 6
18 01207018 Septian 6
18 01207018 Septian 6
19 01207019 Rika Nurfatimah 8
19 01207019 Rika Nurfatimah 8
20 01207020 Siti Patmawati 8
20 01207020 Siti Patmawati 8
21 01207021 Tb. Moch. Mukhlis M 7
21 01207021 Tb. Moch. Mukhlis M 7
22 01207022 Umar 8,5
22 01207022 Umar 8
23 01207023 Meldi Melpiandi  
23 01207023 Meldi Melpiandi  
24 01207024 Irfan Damardjati  
24 01207024 Irfan Damardjati  
25 01207025 Aan Hermawan 6
25 01207025 Aan Hermawan 6
26 01207026 Mustofa Kamal 7
26 01207026 Mustofa Kamal 7
27 01207027 Fitria 6
27 01207027 Fitria 6
















Pandeglang, 25 Oktober 2012
















Guru Mata Pelajaran


































(…………………………………….)

GENESIS GERAKAN MAHASISWA 1998

GENESIS gerakan mahasiswa 1998

Sejarah perkembangan Gerakan Mahasiswa (GM) di Indonesia selalu menarik karena tidak dapat dilepaskan dengan sejarah perkembangan negara Indonesia. Bahkan, keberadaan GM selalu berpengaruh pada situasi politik nasional. Meskipun sudah berkali-kali "diberangus" oleh penguasa di setiap jamannya, GM selalu muncul dengan sikap kritis dan tuntutan untuk memperbaiki keadaan politik nasional.
Secara historis, peran GM dalam perubahan politik di Indoensia sangatlah besar. Misalnya, perubahan kekuasaan dari rejim Orde Lama ke rejim Orde Baru pada tahun 1965, peran GM sangat besar dalam melegitimasi kekuasaan Sukarno. Begitu pula pada tahun 1998, tanpa kehadiran ribuan GM di gedung MPR/DPR, sangatlah sukar untuk membuat Soeharto mundur dari jabatan presiden. Bahkan, jika dilihat jauh ke belakang, peran GM lah yang membidani lahirnya negara Indonesia. Sebagai misal adalah didirikannya Boedi Oetomo pada 1908, yang meskipun bersifat primordial etnik, organisasi GM pertama di Jawa ini telah berhasil memberikan semangat kepada mahasiswa dan pemuda lainnya untuk bercita-cita merdeka.
Diskusi mengenai GM mahasiswa di Indonesia penuh dengan dinamika, karena selalu mengalami perubahan karakter dan bentuk pada setiap jamannya. Soewarsono (1999: 1) menyebut bahwa sejarah awal Indonesia moderen tentang GM memiliki empat "tonggak", yaitu "angkatan 1908", "angkatan 1928", "angkatan 1945" dan "angkatan 1966". Selanjutnya, Soewarsono menyebut bahwa keempat angkatan tersebut adalah generasi-generasi dalam sebuah "keluarga", yaitu sebuah catatan-catatan prestasi "satu generasi baru" tertentu.
Masing-masing dari keempat angkatan di atas memiliki bentuk dan karakter serta relasi-relasi dengan kelompok yang lain yang khas dibanding angkatan-angkatan yang lain. Namun, tidaklah dapat dikatakan bahwa tiap-tiap angkatan tersebut selalu membawa perubahan dan kemajuan bagi jamannya. Tetapi, tiap-tiap angkatan tersebut dapat pula menjadi pengekor atau epigon yang menerima melalui pewarisan (Soewarsono, 1999: 1-2). Dengan demikian, diskusi mengenai GM di Indonesia, tidak selalu berbicara mengenai perubahan yang positif, tetapi juga dapat sebaliknya. Hal ini tergantung dengan konteks situasi dan relasi-relasi yang dibangun oleh GM itu sendiri.
Selain keempat angkatan tersebut, terdapat satu angkatan generasi lagi yang paling mutakhir dan sangat bepengaruh tidak hanya pergantian politik kekuasaan saja, tetapi juga pada proses demokratisasi di Indonesia, yaitu "angkatan 1988". Pada angkatan ini, GM telah berhasil menjatuhkan kekuasaan Presiden Soeharto yang sebelumnya telah berkuasa selama 32 tahun. Selain itu, GM juga mempengaruhi munculnya wacana demokratisasi dan civil society. Meskipun demokrasi dan civil society secara relatif belum sepenuhnya berhasil diterapkan dalam realitas politik di Indonesia, namun peran GM telah menyebabkan proses-proses tersebut dapat dimulai.
Tulisan ini akan mendiskusikan tentang GM angkatan 1998 dengan menggunakan pendekatan prosesual. Pendekatan ini akan melihat keragaman dan kesamaan antar kelompok GM, perubahan-perubahan karakternya dan strategi-strategi yang digunakan untuk melawan rejim penguasa serta kontinyuitasnya. Proses dan peristiwa-peristiwa dari suatu fenomena sosial merupakan suatu rangkaian yang saling berkesinambungan. Pemahaman tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan berlangsungnya relasi-relasi antara peristiwa satu dengan peristiwa lain merupakan bagian dari penjelasan yang harus dilakukan (Winarto, 1999). Untuk itu, suatu kajian tentang proses harus mampu menunjukkan hubungan yang berangkai dari satu peristiwa ke peristiwa yang lain, dengan keterkaitan satu sama lain (Winarto, 1999)

Wednesday 30 January 2013

SYEKH MANSHUR ADALAH SEORANG ULAMA BESAR

Maulana Syarif Hidayatullah Syekh Sunan Gunungjati berputra Maulana Hasanuddin (Pangeran Sabakingkin) 1552 - 1570 berputra Maulana Yusuf (Pangeran Pasareyan) 1570 - 1585 berputra Maulana Muhammad (Pangeran Sedangrana) 1585 - 1596 berputra Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir (Pangeran Ratu) 1596 - 1647 berputra Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad Kanari 1647 - 1651 berputra Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah (Sultan Ageng Tirtayasa)...

SKRIPSI TARBIYAH


BAB IV
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSFEKTIF ABUDIN NATA

Pada dasarnya pemikiran Abuddin Nata banyak dipengaruhi oleh beberapa pemikir-pemikir besar Islam sebelumnya. Seperti diketahui bahwa Abuddin Nata banyak meneliti tentang pendapat para pemikir pendidikan Islam, khususnya dalam buku yang berjudul Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Pesrfektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Muirid; Studi Pemikiran Tasawuf al-Ghazali yang kemudian dengan sendirinya memberikan kesimpulan tersendiri dari beberapa pemikir yang banyak menjadi referensinya itu. Sengaja atau tidak beberapa konsep pemikiran atau pendapat-pendapat para ahli pendidikan Islam terlihat justru telah masuk dalam pola dan konsep pikir Abuddin Nata. Hal ini dipahami dapat saja terjadi, namun demikian sesekali nampak jelas pikiran-pikiran Abuddin Nata dengan logika-logika baru, pemahaman baru dan konsep-konsep baru. Beberapa pikiran tokoh tentang pendidikan Islam yang banyak dikaji oleh Abuddin diantaranya, Ibn Maskawih, al-Qabisi, al-Mawardi, Ibn Sina, al-Ghazali, Burhanuddin az-Zarnuji, Ibn Jama’ah, Ibn Taimiyah, Abdullah Ahmad, K.H. Ahmad Sanusi, Ikhwanul Muslimin, dan pemikir-pemikir lainnya. Dengan demikian pikiran-pikiran Abuddin bisa saja dimotori oleh para pemikir tersebut dengan membentuk formula baru meskipun pada hakikatnya beberapa pendapat itu adalah sama. Formula yang dimaksud tentu akan memberikan kekhasan tersendiri dari pemikir-pemikir lainnya. Untuk selanjutnya fostulasi baru inilah yang dianggap sebagai “polesan” ilmiah dari seorang Abuddin Nata.

A. Konsep Pendidik
Pendidik menurut Abuddin disebut juga sebagai guru, instruktur, ustadz, dan dosen. Mereka memegang peranan penting dalam berlangsungnya kegiatan pengajaran dan pendidikan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tugas guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan menurut Abuddin merupakan “bentuk lain dari pengabdian manusia kepada Tuhan dan menjunjung tinggi perintahnya. Dari pendapat Abuddin ini diketahui bahwa guru sebagai pendidik merupakan sebuah tugas ibadah dan pengabdian manusia dalam menjalankan perintah Allah. Jadi pendidikan adalah upaya manusia untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai hamba dan khalifah di bumi.
Abuddin Nata memandang bahwa pendidik adalah seorang contoh teladan maka segala tingkah laku guru harus sesuai dengan norma dan nilai agama yang berasal dari wahyu. Pentingnya nilai-nilai yang melekat pada guru dengan memperhatikan norma yang berlaku dimaksudkan untuk menjaga wibawa para guru. Seorang guru harus tampil sebagai teladan yang baik dalam proses pembelajaran. Usaha penanaman nilai-nilai kehidupan melalui pendidikan tidak akan berhasil, kecuali jika peranan guru tidak hanya sekedar komunikator nilai, sekaligus sebagai pelaku nilai yang menuntut adanya rasa tanggungjawab dan kemampuan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang utuh. Abuddin mengatakan bahwa tanggungjawab guru kian hari semakin berat. Dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat (baca: pengetahuan, tekhnologi dan cara pandang) maka tugas mengajar harus diberikan kepada seorang yang profesional , bukan orang sembarangan. Nampaknya pada umumnya hampir para ahli pendidikan Islam setuju profesionalisme sebagai syarat dalam mengajar. Dari sini dapat dipahami bahwa Abuddin adalah seorang pemikir yang menuntut agar setiap pendidik bertanggungjawab dalam meningkatkan keilmuannya dan kualitas akademiknya melalui kegiatan-kegiatan ilmiah agar dapat meningkatkan kualitas siswanya. Di sisi lain ketika Al Mawardi berpendapat bahwa pendidik harus banyak berkonsentrasi pada masalah kepribadian, Abuddin Nata justru menandaskan bahwa sebagai pendidik tidak hanya memiliki kepribadian yang baik, tetapi juga harus memiliki latar belakang ilmu keguruan dan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pendapat Abuddin Nata dipengaruhi oleh pengalamannya bahwa banyak diantara guru yang memiliki kepribadian yang baik, namun kurang menguasai materi secara mendalam. Dari pemahaman ini nampaknya pemikiran Abuddin Nata memiliki persesi yang sama dengan Uzer Usman, sebagaimana kutipan berikut:
Sebagai guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam intraksi belajar mengajar, serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuanm dalam hal ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai siswa. Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti guru harus belajar terus menerus. Dengan cara demikian dia akan memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan untuk melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dalam intraksi belajar mengajar, sehingga dengan kemampuannya baik dalam hal metode mengajar, gaya mengajar ataupun penyampaian materi pelajaraan bisa menyukseskan intraksi belajar mengajar atau pun proses belajar mengajar.



KONSEP PENDIDIKAN PERSPEKTIF ABUDIN NATA


KONSEP PENDIDIKAN PERSPEKTIF ABUDIN NATA
 
.
Sebagai salah satu upaya untuk mengkaji dan menganalisis referensi ke-Islaman khusunya dalam bidang pendidikan, maka  penulis akan mencoba mengkaji sebuah Konsep Pendidikan Islam Perspektif Abudin Nata (Prof. Dr. Abudin Nata). Beliau memandang sejarah Islam meruapakan salah satu bidang studi yang banyak menarik perhatian para peneliti baik dari kalangan sarjana muslim maupun nonmuslim, karen banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam, mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus pengingat agar berhati-hati. Dengan mengetahui bahwa umat islam dalam sejarah pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun misalnya, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri menjadi orang muslim. Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami kemunduran, penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam untuk memperbaiki keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai kemajuan.
Sementara itu, [7]bagi para peneliti Barat, mempelajari sejarah Islam selain diajukan untuk pengembangan ilmu, juga terkadang dimaksudkan untuk mencari-cari kelemahan dan kekurangan umat Islam agar dapat dijajah dan sebagainya. Disadari atau tidak, selama ini informasi mengenai sejarah Islam banyak berasal dari hasil penelitian para sarjana Barat. Hal ini terjadi, karena selain masyarakat Barat memiliki etos kemauan yang tinggi juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya. Sementara dari kalangan para peneliti Muslim tampak di samping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang kondusif.
Hasil penelitian tersebut nampaknya berguna sebagai informasi awal untuk melakukan penelitian sejarah yang mengambil pendekatan kawasan. Penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagai penelitian literatur yang didukung oleh survei dan dianalisis dengan pendekatan sejarah dan perbandingan. Sekilas tentang pandangan Abudin Nata dan selengkapnya akan dibahas di bab-bab berikutnya.


[1] Singh, Bilver & Abdul Munir Mulkhan. Jejaring Radikalisme Islam Di Indonesia. 2012. Yogyakarta : Percetakan Galangpress. Hal. 25

[2] Nata, Abuddin. 2009. Metodologi Studi Islam. Jakarta : Rajawali Press. Hal. 88.
[3] Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal. 263-264.
[4] Departemen Agama RI. 2007. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta : CV. Nala Dana
[5] Fadlullah, dkk.2005.Islam Progresif.Serang:Untirta Press. Hal.18
[6] Departemen Agama RI. 2007. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta : CV. Nala Dana
[7] Nata, Abuddin. 2009. Metodologi Studi Islam. Jakarta : Rajawali Press.

SELAMAT DATANG DI BLOG INI

Jika anda memikirkan suatu hal yang memang itu sangat sulit untuk mengerjakannya, maka tenanglah, bahawa semua maslah pasti ada solusinya. Hidup Mahasiswa STAISMAN