BAB
IV
KONSEP
PENDIDIKAN ISLAM PERSFEKTIF ABUDIN NATA
Pada dasarnya pemikiran Abuddin Nata banyak dipengaruhi oleh beberapa
pemikir-pemikir besar Islam sebelumnya. Seperti diketahui bahwa Abuddin Nata
banyak meneliti tentang pendapat para pemikir pendidikan Islam, khususnya dalam
buku yang berjudul Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Pesrfektif Islam
tentang Pola Hubungan Guru-Muirid; Studi Pemikiran Tasawuf al-Ghazali yang
kemudian dengan sendirinya memberikan kesimpulan tersendiri dari beberapa pemikir
yang banyak menjadi referensinya itu. Sengaja atau tidak beberapa konsep
pemikiran atau pendapat-pendapat para ahli pendidikan Islam terlihat justru
telah masuk dalam pola dan konsep pikir Abuddin Nata. Hal ini dipahami dapat
saja terjadi, namun demikian sesekali nampak jelas pikiran-pikiran Abuddin Nata
dengan logika-logika baru, pemahaman baru dan konsep-konsep baru. Beberapa
pikiran tokoh tentang pendidikan Islam yang banyak dikaji oleh Abuddin
diantaranya, Ibn Maskawih, al-Qabisi, al-Mawardi, Ibn Sina, al-Ghazali,
Burhanuddin az-Zarnuji, Ibn Jama’ah, Ibn Taimiyah, Abdullah Ahmad, K.H. Ahmad
Sanusi, Ikhwanul Muslimin, dan pemikir-pemikir lainnya. Dengan demikian
pikiran-pikiran Abuddin bisa saja dimotori oleh para pemikir tersebut dengan
membentuk formula baru meskipun pada hakikatnya beberapa pendapat itu adalah
sama. Formula yang dimaksud tentu akan memberikan kekhasan tersendiri dari
pemikir-pemikir lainnya. Untuk selanjutnya fostulasi baru inilah yang dianggap
sebagai “polesan” ilmiah dari seorang Abuddin Nata.
A. Konsep
Pendidik
Pendidik menurut Abuddin disebut juga sebagai guru,
instruktur, ustadz, dan dosen. Mereka memegang peranan penting dalam
berlangsungnya kegiatan pengajaran dan pendidikan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Tugas guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan menurut Abuddin
merupakan “bentuk lain dari pengabdian manusia kepada Tuhan dan menjunjung
tinggi perintahnya. Dari pendapat Abuddin ini diketahui bahwa guru sebagai
pendidik merupakan sebuah tugas ibadah dan pengabdian manusia dalam menjalankan
perintah Allah. Jadi pendidikan adalah upaya manusia untuk melaksanakan tugas
dan tanggungjawabnya sebagai hamba dan khalifah di bumi.
Abuddin Nata memandang bahwa pendidik adalah seorang
contoh teladan maka segala tingkah laku guru harus sesuai dengan norma dan
nilai agama yang berasal dari wahyu. Pentingnya nilai-nilai yang melekat pada
guru dengan memperhatikan norma yang berlaku dimaksudkan untuk menjaga wibawa
para guru. Seorang guru harus tampil sebagai teladan yang baik dalam proses
pembelajaran. Usaha penanaman nilai-nilai kehidupan melalui pendidikan tidak
akan berhasil, kecuali jika peranan guru tidak hanya sekedar komunikator nilai,
sekaligus sebagai pelaku nilai yang menuntut adanya rasa tanggungjawab dan
kemampuan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang utuh. Abuddin
mengatakan bahwa tanggungjawab guru kian hari semakin berat. Dengan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat (baca: pengetahuan, tekhnologi dan
cara pandang) maka tugas mengajar harus diberikan kepada seorang yang
profesional , bukan orang sembarangan. Nampaknya pada umumnya hampir para ahli
pendidikan Islam setuju profesionalisme sebagai syarat dalam mengajar. Dari
sini dapat dipahami bahwa Abuddin adalah seorang pemikir yang menuntut agar
setiap pendidik bertanggungjawab dalam meningkatkan keilmuannya dan kualitas
akademiknya melalui kegiatan-kegiatan ilmiah agar dapat meningkatkan kualitas
siswanya. Di sisi lain ketika Al Mawardi berpendapat bahwa pendidik harus
banyak berkonsentrasi pada masalah kepribadian, Abuddin Nata justru menandaskan
bahwa sebagai pendidik tidak hanya memiliki kepribadian yang baik, tetapi juga
harus memiliki latar belakang ilmu keguruan dan penguasaan yang baik terhadap
materi pelajaran. Pendapat Abuddin Nata dipengaruhi oleh pengalamannya bahwa
banyak diantara guru yang memiliki kepribadian yang baik, namun kurang
menguasai materi secara mendalam. Dari pemahaman ini nampaknya pemikiran
Abuddin Nata memiliki persesi yang sama dengan Uzer Usman, sebagaimana kutipan
berikut:
Sebagai guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau
materi pelajaran yang akan diajarkan dalam intraksi belajar mengajar, serta
senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuanm dalam hal ilmu
yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang akan
dicapai siswa. Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri
adalah pelajar. Ini berarti guru harus belajar terus menerus. Dengan cara
demikian dia akan memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan untuk
melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dalam intraksi belajar mengajar,
sehingga dengan kemampuannya baik dalam hal metode mengajar, gaya mengajar
ataupun penyampaian materi pelajaraan bisa menyukseskan intraksi belajar
mengajar atau pun proses belajar mengajar.
No comments:
Post a Comment