Wednesday 30 January 2013

SKRIPSI TARBIYAH


BAB IV
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM PERSFEKTIF ABUDIN NATA

Pada dasarnya pemikiran Abuddin Nata banyak dipengaruhi oleh beberapa pemikir-pemikir besar Islam sebelumnya. Seperti diketahui bahwa Abuddin Nata banyak meneliti tentang pendapat para pemikir pendidikan Islam, khususnya dalam buku yang berjudul Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Pesrfektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Muirid; Studi Pemikiran Tasawuf al-Ghazali yang kemudian dengan sendirinya memberikan kesimpulan tersendiri dari beberapa pemikir yang banyak menjadi referensinya itu. Sengaja atau tidak beberapa konsep pemikiran atau pendapat-pendapat para ahli pendidikan Islam terlihat justru telah masuk dalam pola dan konsep pikir Abuddin Nata. Hal ini dipahami dapat saja terjadi, namun demikian sesekali nampak jelas pikiran-pikiran Abuddin Nata dengan logika-logika baru, pemahaman baru dan konsep-konsep baru. Beberapa pikiran tokoh tentang pendidikan Islam yang banyak dikaji oleh Abuddin diantaranya, Ibn Maskawih, al-Qabisi, al-Mawardi, Ibn Sina, al-Ghazali, Burhanuddin az-Zarnuji, Ibn Jama’ah, Ibn Taimiyah, Abdullah Ahmad, K.H. Ahmad Sanusi, Ikhwanul Muslimin, dan pemikir-pemikir lainnya. Dengan demikian pikiran-pikiran Abuddin bisa saja dimotori oleh para pemikir tersebut dengan membentuk formula baru meskipun pada hakikatnya beberapa pendapat itu adalah sama. Formula yang dimaksud tentu akan memberikan kekhasan tersendiri dari pemikir-pemikir lainnya. Untuk selanjutnya fostulasi baru inilah yang dianggap sebagai “polesan” ilmiah dari seorang Abuddin Nata.

A. Konsep Pendidik
Pendidik menurut Abuddin disebut juga sebagai guru, instruktur, ustadz, dan dosen. Mereka memegang peranan penting dalam berlangsungnya kegiatan pengajaran dan pendidikan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tugas guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan menurut Abuddin merupakan “bentuk lain dari pengabdian manusia kepada Tuhan dan menjunjung tinggi perintahnya. Dari pendapat Abuddin ini diketahui bahwa guru sebagai pendidik merupakan sebuah tugas ibadah dan pengabdian manusia dalam menjalankan perintah Allah. Jadi pendidikan adalah upaya manusia untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai hamba dan khalifah di bumi.
Abuddin Nata memandang bahwa pendidik adalah seorang contoh teladan maka segala tingkah laku guru harus sesuai dengan norma dan nilai agama yang berasal dari wahyu. Pentingnya nilai-nilai yang melekat pada guru dengan memperhatikan norma yang berlaku dimaksudkan untuk menjaga wibawa para guru. Seorang guru harus tampil sebagai teladan yang baik dalam proses pembelajaran. Usaha penanaman nilai-nilai kehidupan melalui pendidikan tidak akan berhasil, kecuali jika peranan guru tidak hanya sekedar komunikator nilai, sekaligus sebagai pelaku nilai yang menuntut adanya rasa tanggungjawab dan kemampuan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang utuh. Abuddin mengatakan bahwa tanggungjawab guru kian hari semakin berat. Dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat (baca: pengetahuan, tekhnologi dan cara pandang) maka tugas mengajar harus diberikan kepada seorang yang profesional , bukan orang sembarangan. Nampaknya pada umumnya hampir para ahli pendidikan Islam setuju profesionalisme sebagai syarat dalam mengajar. Dari sini dapat dipahami bahwa Abuddin adalah seorang pemikir yang menuntut agar setiap pendidik bertanggungjawab dalam meningkatkan keilmuannya dan kualitas akademiknya melalui kegiatan-kegiatan ilmiah agar dapat meningkatkan kualitas siswanya. Di sisi lain ketika Al Mawardi berpendapat bahwa pendidik harus banyak berkonsentrasi pada masalah kepribadian, Abuddin Nata justru menandaskan bahwa sebagai pendidik tidak hanya memiliki kepribadian yang baik, tetapi juga harus memiliki latar belakang ilmu keguruan dan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pendapat Abuddin Nata dipengaruhi oleh pengalamannya bahwa banyak diantara guru yang memiliki kepribadian yang baik, namun kurang menguasai materi secara mendalam. Dari pemahaman ini nampaknya pemikiran Abuddin Nata memiliki persesi yang sama dengan Uzer Usman, sebagaimana kutipan berikut:
Sebagai guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam intraksi belajar mengajar, serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuanm dalam hal ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai siswa. Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti guru harus belajar terus menerus. Dengan cara demikian dia akan memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan untuk melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dalam intraksi belajar mengajar, sehingga dengan kemampuannya baik dalam hal metode mengajar, gaya mengajar ataupun penyampaian materi pelajaraan bisa menyukseskan intraksi belajar mengajar atau pun proses belajar mengajar.



No comments:

Post a Comment